Berpikir Positif
07 November 2009
Hidup seringkali berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan atau kita rencanakan. Kenyataan acap berbeda dari harapan, dan perlakuan orang orang di sekitar kita kerap tak paralel dengan kebaikan yang telah kita tebar.
Dalam situasi seperti itu kebanyakan manusia cenderung menuruti intuisi negatifnya. Berburuk sangka, menyalahkan keadaan, dan berkeluh kesah. Seperti disinyalir dalam Al qur’an “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” QS Al maarij :19
Namun Islam menuntun manusia untuk melawan intuisi negatif semacam itu. Salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan tradisi berpikir positif. Paling tidak ada tiga hikmah yang bisa di petik dari berpikir positif tersebut.
Pertama : Ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contoh terbaik dalam kontek ini adalah kisah Nabi Khidir dan nabi Musa as. Nabi khidir mau menerima Musa sebagai muridnya dengan syarat tidak terburu buru berburuk sangka selama bersamanya. “Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa menahan diri.” Ujar nabi Khidir, dan ternyata benar adanya. Setiap kali nabi khidir melakonkan hikmah demi hikmah yang telah di perintahkan Allah SWT, tak sekalipun Nabi Musa mampu bersabar untuk tidak berprasangka buruk. (QS Al kahfi : 60-82 ) Kisah qur’ani ini sejatinya hendak mengingatkan bahwa berburuk sangka cenderung mengakibatkan blunder. Setiap orang hanya bisa melihat apa yang tampak dari orang lain tanpa tahu niat baik yang ada di dalam hatinya.
Kedua : berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian sedikitpun terhadap orang lain dan siapapun. Sedang hati yang tenteram adalah hati yang tidak memendam apriori terhadap orang lain. Dalam ungkapan yang sangat menggugah seorang sufi mengatakan “ Yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang, kalau kemudian orang lain tidak baik kepada kita itu adalah bukan urusan kita tapi itu adalah urusan orang itu dengan Allah SWT.”
Ketiga : berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo atau menerima apapun yang kita dapatkan, karena sebenarnya Allah SWT sering menyiapkan rencana rencana yang mengejutkan bagi hamba hambaNya. Misalnya sahabat Umar bin Khottob ra ketika di rundung kegalauan karena Abu Bakar ra dan utsman ra menolak menikahi putrinya Hafshah yang baru menjanda. (HR Bukhari ).
Dalam kegalauan itu Umar ra mengadu kepada Rosululloh SAW maka beliau menuntun umar agar selalu berpikir positif dan mendoakannya “semoga Allah akan menentukan pasangan bagi hafshah yang lebih baik dari utsman serta menentukan pasangan bagi utsman yang lebih baik dari Hafshah.”
Ternyata tak lama setelah itu Allah menakdirkan utsman menikah dengan putri Rosululloh SAW dan kemudian Rosululloh sendiri menikahi hafshah. Demikianlah, jadi ayo berpikir positif.
( diambil dari kolom hikmah Republika oleh Abdullah Hakam shah dengan sedikit editing)
Dalam situasi seperti itu kebanyakan manusia cenderung menuruti intuisi negatifnya. Berburuk sangka, menyalahkan keadaan, dan berkeluh kesah. Seperti disinyalir dalam Al qur’an “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” QS Al maarij :19
Namun Islam menuntun manusia untuk melawan intuisi negatif semacam itu. Salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan tradisi berpikir positif. Paling tidak ada tiga hikmah yang bisa di petik dari berpikir positif tersebut.
Pertama : Ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contoh terbaik dalam kontek ini adalah kisah Nabi Khidir dan nabi Musa as. Nabi khidir mau menerima Musa sebagai muridnya dengan syarat tidak terburu buru berburuk sangka selama bersamanya. “Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa menahan diri.” Ujar nabi Khidir, dan ternyata benar adanya. Setiap kali nabi khidir melakonkan hikmah demi hikmah yang telah di perintahkan Allah SWT, tak sekalipun Nabi Musa mampu bersabar untuk tidak berprasangka buruk. (QS Al kahfi : 60-82 ) Kisah qur’ani ini sejatinya hendak mengingatkan bahwa berburuk sangka cenderung mengakibatkan blunder. Setiap orang hanya bisa melihat apa yang tampak dari orang lain tanpa tahu niat baik yang ada di dalam hatinya.
Kedua : berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian sedikitpun terhadap orang lain dan siapapun. Sedang hati yang tenteram adalah hati yang tidak memendam apriori terhadap orang lain. Dalam ungkapan yang sangat menggugah seorang sufi mengatakan “ Yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang, kalau kemudian orang lain tidak baik kepada kita itu adalah bukan urusan kita tapi itu adalah urusan orang itu dengan Allah SWT.”
Ketiga : berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo atau menerima apapun yang kita dapatkan, karena sebenarnya Allah SWT sering menyiapkan rencana rencana yang mengejutkan bagi hamba hambaNya. Misalnya sahabat Umar bin Khottob ra ketika di rundung kegalauan karena Abu Bakar ra dan utsman ra menolak menikahi putrinya Hafshah yang baru menjanda. (HR Bukhari ).
Dalam kegalauan itu Umar ra mengadu kepada Rosululloh SAW maka beliau menuntun umar agar selalu berpikir positif dan mendoakannya “semoga Allah akan menentukan pasangan bagi hafshah yang lebih baik dari utsman serta menentukan pasangan bagi utsman yang lebih baik dari Hafshah.”
Ternyata tak lama setelah itu Allah menakdirkan utsman menikah dengan putri Rosululloh SAW dan kemudian Rosululloh sendiri menikahi hafshah. Demikianlah, jadi ayo berpikir positif.
( diambil dari kolom hikmah Republika oleh Abdullah Hakam shah dengan sedikit editing)
1 komentar:
yap akan saya coba
Posting Komentar
mangga...,silahkan di isi... thank's ya atas kunjungannya.